Indonesia dorong teknologi pengolahan sampah menjadi energi untuk pengelolaan yang lebih baik

Seorang pekerja

Pinalti.news - Pemerintah Indonesia tengah meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah dengan bantuan teknologi modern waste-to-energy, menurut seorang menteri.

"Kita harus bekerja sama untuk mengatasi masalah sampah dari hulu ke hilir," kata Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Agus Harimurti Yudhoyono pada Kamis.

Ia menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam membangun infrastruktur pengelolaan sampah.

Pemerintah tengah mendorong peningkatan sistem pengelolaan sampah di kota-kota besar melalui penerapan teknologi modern, seperti waste-to-energy, imbuh Yudhoyono.

Ia mengakui bahwa setiap kota menghadapi tantangan yang berbeda dalam hal volume dan jenis sampah, dan oleh karena itu, pendekatan infrastruktur harus disesuaikan dengan itu.

"Ada skala yang harus kita pertimbangkan dengan saksama. Tidak semua kota membutuhkan teknologi ini. Namun untuk kota metropolitan seperti Jakarta, yang menghasilkan 8.000 ton sampah per hari, kita membutuhkan kapasitas yang lebih besar dan teknologi yang lebih baik," katanya.

Pandu Sjahrir, kepala investasi dana kekayaan negara Danantara, mencatat bahwa bisnis waste-to-energy dapat menghasilkan laba atas investasi dalam waktu lima hingga enam tahun.

Investor dari Singapura, Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, dan negara-negara Eropa mulai menunjukkan minat pada sektor yang menjanjikan ini, imbuhnya.

Sjahrir mengatakan Indonesia tidak hanya menyambut investasi tetapi juga pengembangan teknologi untuk mengatasi masalah sampah.

Ia berharap investor yang berpengalaman dalam mengelola sampah perkotaan akan membawa keahlian mereka ke Indonesia.

Untuk mempercepat pengembangan sampah menjadi energi, pemerintah berencana untuk menyederhanakan proses perizinan untuk mengubah sampah menjadi listrik, mengatasi kendala utama bagi calon investor.

Selain itu, pemerintah sedang berupaya untuk menggabungkan tiga peraturan presiden yang ada menjadi satu kebijakan yang mendukung proyek sampah menjadi energi dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan.

Berdasarkan skema yang direvisi, harga listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga sampah akan ditetapkan sebesar 18–20 sen per kilowatt-jam (kWh), lebih tinggi dari tarif saat ini sebesar 13,5 sen/kWh yang dikenakan oleh PLN untuk proyek-proyek tersebut.

Sumber: Antara

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama